Ferry Paulus Soroti Kedatangan Suporter Tandang di Super League
Bakawal, JAKARTA – Direktur Utama I League, Ferry Paulus, memberikan tanggapan usai laga pembuka Super League 2025-2026 antara Persebaya Surabaya kontra PSIM Yogyakarta di Stadion Utama Gelora Bung Tomo (GBT), Jumat (8/8) malam.
Dalam laga yang dimenangi PSIM 1-0 lewat gol telat Ezequiel Vidal itu, kehadiran sejumlah suporter tim tamu menjadi sorotan. Pasalnya, sejak tragedi Kanjuruhan, aturan larangan kehadiran suporter tandang masih berlaku.
Ferry mengakui, secara resmi larangan tersebut memang belum dicabut, karena masih menjadi rekomendasi FIFA pasca peristiwa Kanjuruhan 2022. Meski begitu, ia menilai kehadiran suporter PSIM yang tertib tanpa kericuhan adalah hal positif yang patut dicatat.
“Larangan ini memang ada, dan sesuai garis besar yang disampaikan FIFA. Tapi apa yang terjadi malam ini, di mana suporter PSIM datang dan tidak terjadi kerusuhan, ini hal positif. Bisa jadi terobosan ke depan,” ujar Ferry di sela-sela pertandingan itu.
[caption id="attachment_35723" align="alignnone" width="2560"]
Suporter PSIM Yogyakarta saat bertolak ke Stadion Gelora Bung Tomo Stadium, Jumat (8/8). Foto: istimewa[/caption]
Menurut Ferry, kendala perizinan juga turut memengaruhi jumlah penonton di laga pembuka. Keputusan dari pihak kepolisian yang keluar mepet sebelum laga membuat sebagian pendukung Persebaya tidak sempat hadir.
Selain itu, ia menegaskan bahwa pihak Liga tetap optimistis membuka peluang kembalinya izin bagi suporter tandang, asalkan ada bukti nyata bahwa atmosfer pertandingan bisa terjaga aman.
“Kalau nanti FIFA melihat, meskipun kalah, suporter tamu datang dan harmonis, ini bisa menjadi langkah awal untuk izin di masa depan,” tambahnya.
Terkait perbandingan dengan liga-liga Eropa yang masih mengizinkan suporter tandang meski ada konflik, Ferry menilai perbedaan kultur menjadi faktor utama.
“Suporter kita tidak kalah dengan hooligan di Inggris. Bedanya ada di kultur. Sekarang banyak muncul ultras dan kelompok suporter yang mengadopsi gaya Eropa, tapi kita masih perlu menyesuaikan budaya itu dengan konteks Indonesia,” katanya.
Sementara itu, di laga lain pembukaan Super League, PSM Makassar menurunkan banyak pemain muda akibat proses administrasi pemain asing yang belum tuntas.
Ferry menyebut, meski dengan keterbatasan, pertandingan tetap menarik untuk disaksikan.
“Ini jadi pelajaran untuk semua klub agar taat regulasi, supaya di musim-musim berikutnya tidak terkendala hal serupa,” tutupnya.
ADMIN